Nintendo Switch 2 Resmi Rilis di Asia Tenggara, Tapi Indonesia Masih Absen

gadget.fin.co.id - 15/06/2025, 14:26 WIB

Nintendo Switch 2 Resmi Rilis di Asia Tenggara, Tapi Indonesia Masih Absen

Nintendo Switch 2

finco.id - Nintendo Switch 2 akhirnya meluncur secara resmi di sejumlah negara Asia Tenggara. Namun, mengapa Indonesia yang punya jutaan gamer justru tidak kebagian perilisan resmi konsol ini?

Nintendo Switch 2 mulai dijual di Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina sejak awal Juni 2025. Antusiasme gamer menyambut konsol generasi terbaru ini cukup tinggi, lengkap dengan pre-order, garansi resmi, hingga promosi lokal. Tapi berbeda dengan negara-negara tetangga, Indonesia justru belum masuk dalam daftar peluncuran resmi dari Nintendo.

Rilis di Negara Tetangga, Indonesia Terlewat

Seperti dilansir dari sejumlah laporan ritel regional, Switch 2 sudah tersedia di rak-rak toko di Singapura dan Malaysia. Thailand dan Filipina juga turut menikmati perilisan dengan dukungan distributor resmi yang ditunjuk langsung oleh Nintendo Jepang.

Sementara itu di Indonesia, hingga 15 Juni 2025 belum ada tanda-tanda peluncuran resmi. Gamer di Tanah Air hanya bisa mendapatkan unit Nintendo Switch 2 lewat toko-toko impor. Sayangnya, jalur ini tidak menyertakan garansi resmi dan rentan dengan masalah layanan purna jual.

Advertisement

Kenapa Indonesia Tidak Dapat Rilis Resmi?

Cara Beli Nintendo Switch 2 Seharga Cuma Rp8,7 Juta: Dapet Bonus Mario Kart World

Nintendo Switch 2, Image: Nintendo

1. Belum Ada Mitra Resmi

Berbeda dari negara lain yang sudah memiliki distributor lokal, Nintendo belum menunjuk mitra resmi di Indonesia. Padahal, keberadaan mitra sangat krusial untuk memastikan distribusi dan layanan garansi berjalan optimal.

2. Pasar Didominasi Grey Market

Menurut pengamat industri game, selama ini pasar Nintendo di Indonesia didominasi penjualan melalui grey market. Konsol masuk tanpa jalur distribusi resmi, sehingga data penjualan tidak tercatat dalam sistem global Nintendo. Ini menyulitkan mereka dalam menilai potensi pasar Indonesia secara konkret.

3. Regulasi Impor dan Biaya Tinggi

Distribusi elektronik di Indonesia cukup rumit. Perusahaan harus melalui proses seperti sertifikasi Kominfo, bea masuk, hingga persyaratan TKDN. Tanpa mitra lokal, biaya dan hambatan ini membuat Nintendo berpikir ulang untuk meluncurkan Switch 2 secara resmi.

4. Ekosistem Retail Masih Lemah

Negara seperti Filipina memiliki jaringan ritel besar seperti Datablitz yang jadi mitra langsung Nintendo. Sementara di Indonesia, belum ada toko game besar yang menjalin kerja sama skala nasional dengan produsen Jepang tersebut.

Gamer Terpaksa Impor Mandiri

Bagi gamer Indonesia, satu-satunya jalan untuk memiliki Nintendo Switch 2 adalah membeli dari toko yang menjual versi impor. Konsol ini dijual dengan harga lebih tinggi dan tanpa garansi. Tak hanya itu, pengguna juga berisiko menghadapi masalah regional seperti aktivasi eShop hingga keterbatasan servis jika terjadi kerusakan.

Indonesia Punya Potensi Besar, Tapi Terus Terlewat?

Dengan lebih dari 100 juta gamer aktif, Indonesia sebenarnya adalah pasar game terbesar di Asia Tenggara. Popularitas Nintendo tetap tinggi berkat gim ikonik seperti Mario Kart dan Animal Crossing. Namun, absennya distribusi resmi membuat potensi ini belum dimaksimalkan.

Seperti dikutip dari analis industri gim Asia, jika Nintendo terus mengabaikan pasar Indonesia, bukan tidak mungkin gamer lokal akan terus tertinggal dari segi akses dan pengalaman resmi.

Advertisement

Kesimpulan

Nintendo Switch 2 telah hadir resmi di negara-negara tetangga, tapi belum tersedia secara legal di Indonesia. Berbagai kendala seperti tidak adanya mitra, regulasi impor, hingga dominasi pasar tidak resmi menjadi penghalang utama.

Bila situasi ini tak berubah, Indonesia bisa terus tertinggal dalam setiap peluncuran generasi konsol terbaru Nintendo ke depannya. Saatnya Nintendo melihat lebih serius potensi gamer Indonesia, bukan hanya sebagai pasar konsumtif, tapi juga sebagai komunitas yang siap mendukung ekosistem gaming yang sehat dan resmi. (*)

Sigit Nugroho
Penulis